Kunjungan Penuh Manfaat ke SMK Negeri 2 Bandung
Tim Proyek AKSI yang terdiri dari Dr. David Harding, International Team Leader/Education Specialist; Bapak Iskandar Nataamijaya, TVET-Teacher Education Expert; dan Budiarti Rahayu, Training Coordinator/Senior Project Officer, melakukan kunjungan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Bandung, pada 28 Februari 2020 lalu.
Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk mempelajari fakta terbaru mengenai program pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru dan kepala sekolah SMK, kurikulum yang diterapkan, serta hubungan SMKN 2 saat ini dengan dunia usaha dan dunia industri.
Tatang Gunawan, kepala dari salah satu sekolah tertua di Indonesia yang mengajarkan teknik mesin ini, mengatakan, “Saat ini SMKN 2 Bandung memiliki kurang lebih 1.700 murid yang menempuh pendidikan vokasi di bidang mesin dan komputer. Kebanyakan mereka berasal dari kelompok sosial menengah ke bawah.”
Tatang menjelaskan bahwa lulusan sekolahnya umumnya memilih untuk melanjutkan pendidikan tingginya ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (Polman), atau Politeknik Negeri Bandung (Polban). Dengan bangga Tatang juga mengatakan bahwa terdapat tren yang menggembirakan dalam hal kenaikan jumlah lulusan SMK yang meneruskan pendidikan ke institusi perguruan tinggi, meski ia tidak merinci berapa persentasenya.
“Sebagian lagi memilih untuk langsung bekerja di industri yang relevan dengan keterampilannya, atau memulai usaha kecilnya sendiri. Beberapa dari mereka yang berhasil lulus dari UPI kemudian kembali ke SMKN 2 dan mengajar di sini sebagai guru kontrak,” lanjut Tatang.
Pria yang sempat mengecap pelatihan berbasis kompetensi bagi guru pendidikan teknik dan keterampilan di Boxhill Institute, Melbourne, Australia ini menyatakan bahwa terdapat potensi defisit ketersediaan guru berkualitas di SMK. “Guru-guru senior yang berpengalaman dan matang secara keilmuan, banyak yang telah dan akan segera pensiun. Oleh karenanya, untuk menjaga produktivitas dan mengantisipasi kekosongan tersebut, kami merekrut guru-guru muda dalam skema kontrak kerja untuk periode tertentu,” ujarnya. Saat ini hanya sedikit guru yang memiliki latar belakang atau pernah mengecap pendidikan teknis sesuai dengan apa yang diajarkannya.
Guru-guru muda lulusan pendidikan guru teknik dan kejuruan ini diakuinya memiliki potensi besar, “Mereka umumnya sudah siap menghadapi kelas, familiar dengan alat-alat ajar dan praktik, serta telah berbekal keterampilan praktis. Mereka berkesempatan besar untuk meniti karir jangka panjang sebagai pendidik di bidang vokasi.”
Sementara, kurikulum nasional yang diajarkan di SMK saat ini - menurut guru-guru yang ditemui oleh tim Proyek AKSI - cenderung masih general. “Mata pelajaran seperti matematika mungkin sudah ada yang merujuk pada spesifikasi sektor, misalnya matematika untuk teknik, atau bisnis. Tetapi subyek lain seperti Bahasa Inggris masih disampaikan secara umum tidak berbeda dengan yang diberikan di SMA. Padahal perlu dikemas sesuai konteks industri, sehingga murid memahami terminologi-terminologi khasnya,” ujar salah satu guru. Mereka mensinyalir hal ini sengaja dipertahankan untuk mengantisipasi minat lulusan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke universitas umum non-kejuruan. Namun demikian, terdapat mata pelajaran unik yang dibanggakan oleh SMK dan tidak bisa ditemui di sekolah lain yaitu Produk Kreatif dan Kewirausahaan.
Seorang guru senior yang telah mengajar sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1984 mengatakan bahwa, “Di masa itu, kurikulum disusun sangat spesifik. Hal tersebut sangat membantu saya sebagai guru praktek.” Meski tugas dan prosedur kerja guru praktek umumnya sama dengan guru biasa, ia memiliki tanggungjawab tambahan bahwa materi, bahan baku dan modal kerja murid untuk melakukan praktek, dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Dibandingkan SMK-SMK lainnya, SMKN 2 Bandung termasuk yang memiliki jejaring dan hubungan yang cukup baik dengan dunia usaha dan dunia industri. Kerjasama yang dijalin biasanya dalam bentuk kesempatan magang murid di dunia kerja, rekrutmen sumber daya manusia, pembaruan pengetahuan dan keterampilan industri kepada guru dan tenaga kependidikan, atau sesi pelatihan dari pihak industri bagi sekolah untuk topik-topik tertentu.
“Kami juga memiliki kerjasama instimewa dengan Japan-Indoneisa Association for Economis Cooperation (JIAEC) dalam hal program magang internasional. Melalui JIAEC, tidak saja murid-murid kami disalurkan kepada kesempatan magang di Jepang, tetapi juga disiapkan keterampilan bahasa dan budaya kerjanya. Kami juga bekerjasama dengan American Welding Society dalam hal program sertifikasi internasional,” pungkas Tatang.
Melalui kunjungan ini, Proyek AKSI memperoleh gambaran langsung mengenai kualitas belajar-mengajar, kompetensi guru, relevansi kurikulum yang diajarkan, serta hubungan SMK dengan dunia kerja saat ini. Ini menjadi bekal yang sangat penting bagi Proyek AKSI dalam menyusun dokumen yang berisi usulan strategi nasional terkait pendidikan dan pengembangan guru teknik keterampilan dan kejuruan, serta penajaman topik tersebut melalui Center of Excellence yang akan dibangun di UPI.