Pelatihan Tracer Study UNIMAL: Perluasan Pendidikan Tinggi Dikawal Informasi tentang Learning Outcomes
Pada 30 Juni 2020, Proyek ADB AKSI menyelenggarakan pelatihan studi pelacakan (tracer study) bagi manajemen UNIMAL. Ini didasari oleh kesadaran akan pentingnya tracer study sebagai refleksi dari kualitas pendidikan tinggi dan capaian para lulusannya.
Terkait hal tersebut, secara menarik Ir. Ahmad Syafiq, Msc, PhD dari Universitas Indonesia (UI) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah dimensi yang mempengaruhi perubahan menuju masa depan perguruan tinggi, “Pertama adalah revolusi industri 4.0, disusul peningkatan soft-power dimana ilmu pengetahuan menjadi dasar dari ekonomi. Kedua; gelar pendidikan, kemampuan kita untuk melangkah maju dari masa lalu, menguasai keterampilan holistik maupun spesialis, memiliki pengetahuan dan keterampilan masa depan. Dan yang terakhir; professional learning.”
Ahmad mengingatkan perlunya adaptasi secara cepat, mengingat teknologi dan inovasi yang sifatnya disruptif tidak dapat dicegah. Ia pun merujuk pada besarnya harapan terhadap pendidikan tinggi untuk dapat memberi leverage terhadap kemajuan zaman. “Pendidikan tinggi memang penting, tapi itu tidak cukup. Banyak yang mempertanyakan manfaat dan relevansinya. Ditambah soal credentialism, meritocracy serta knowledge economy dan knowledge society. Ini semua dapat kita uji dan buktikan melalui kegiatan tracer study,” imbuhnya.
Ahmad juga mengingatkan bahwa perubahan sosial ekonomi dalam dunia kerja adalah tantangan sekaligus peluang. Revolusi industri mungkin menghilangkan banyak pekerjaan, namun sebaliknya akan membuka lapangan kerja baru. Ia menukas, “Pemberi kerja saat ini tidak lagi fokus dengan gelar akademik. Google dan Apple sudah tidak mewajibkan karyawannya memiliki gelar sarjana. Ini berarti terdapat keterampilan-keterampilan khas yang mereka cari, melampaui gelar dan nilai kelulusan.”
Sambil merujuk pada deskripsi Teichler (2007), Ahmad mengatakan terdapat lima dimensi keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk keberhasilan profesional di masa kini, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah; memiliki kompetensi untuk melakukan refleksi, inovasi, dan kreativitas; kemampuan bekerja di bawah tekanan; penguasaan sosio-komunikasi; dan kesadaran akan etos serta nilai kerja profesional.
Tracer Study Rutin, Cepat dan Tepat untuk Menjawab Kebutuhan Pasar
Dr. Sulaiman, S.H. Dosen Hukum Perdata UNIMAL mengatakan bahwa pelaksanaan tracer study UNIMAL sudah cukup baik dan mendapatkan dukungan penuh komitmen dari para pimpinan universitas. Tracer study terakhir diselenggarakan UNIMAL pada tahun 2019 melalui WhatsApp untuk memudahkan alumni dalam memberi jawaban. “Kami sadar bahwa perluasan akses dan peningkatan kualitas layanan perlu dikawal dengan informasi umpan balik yang akurat tentang hasil pembelajaran mahasiswa kita,” kata Sulaiman.
Pada kesempatan ini, UNIMAL pun menerima pengarahan dari Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, narasumber dari UI, “Tracer study wajib dilakukan setiap tahun. Mulanya dimanfaatkan untuk memenuhi syarat pendirian Program Studi (prodi) baru bagi Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta yang sudah terakreditasi A. Selain itu juga untuk memperpanjang masa berlakunya akreditasi prodi maupun perguruan tinggi.” Namun, seperti yang dijelaskan sebelumnya, hasil tracer study jauh lebih penting melampaui pemanfaatan di atas.
“Oleh karenanya, kuesioner dari Dikti untuk kegiatan tracer study di tahun 2020 ini akan direvisi – termasuk untuk mengikutsertakan komponen terkait Kampus Merdeka. Saran saya, prodi dan fakultas berkoordinasi erat agar pelaksanaan dan pemanfaatannya dapat maksimal,” tutur Prof. Sandra.
Menyambung Prof. Sandra, Ir. Ahmad Syafiq, Msc, PhD menekankan tiga dimensi kualitas tracer study, yaitu metodologi (terstandarisasi dan ketepatan), efisiensi (biaya), relevansi (berguna bagi pengembangan/penyempurnaan kurikulum).
Apa yang Bisa Dibantu oleh Prodi?
Para narasumber dan partisipan sesi mengatakan bahwa prodi dapat membantu dalam melengkapi database lulusan, memberi masukan untuk penyusunan kuesioner, membantu mensosialisasikan informasi kepada lulusan, membantu menghubungi lulusan, membantu meningkatan response rate, membantu mendiseminasikan hasil tracer study kepada stakeholders, memanfaatkan data hasil untuk kepentingan akreditasi, evaluasi prodi, dan perbaikan kurikulum. Dalam menganalisis data hasil, prodi perlu berkoordinasi dan bekerjasama dengan peneliti tracer study perguruan tinggi.
Sesi ini memberi pesan menggelitik yang mengingatkan penyelenggara layanan pendidikan tinggi untuk dapat terus menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan kebutuhan pasar. “Di manakah posisi pendidikan tinggi di antara banyaknya platform berbasis teknologi yang ada saat ini? Jika kita tidak bisa eksis, maka kebutuhan publik akan panutan kepakaran akan diisi oleh pihak-pihak yang tidak semestinya. Hal ini sangat berbahaya karena informasi yang tidak berbasis pengetahuan dapat disebarluaskan oleh mereka yang semata-mata memiliki banyak pengikut (followers),” tegas Ir. Ahmad Syafiq, Msc, PhD. Oleh karenanya, sekali lagi ia menegaskan pentingnya tracer study sebagai bahan refleksi dan penyesuaian kurikulum lebih lanjut oleh pendidikan tinggi.